Selamat datang di Myblog, jika ada hal yang ingin ditanyakan pada ADMIN, silahkan klik TEMPAT CHATING dibawah. Terimakasih telah berkunjung.

Sunday 29 December 2013

Nilai moral dibalik lagu lir - ilir

LIR - ILIR

Lir ilir, lir ilir
tandure wus sumilir
tak ijo royo - royo
tak sengguh temanten anyar

Bocah angon, bocah angon
penekno blimbing kuwi
lunyu - lunyu penekno
kanggo mbasuh dodot iro

Dodot iro, dodot iro
kumintir bedah ing pinggir
dodomono, jlumatono
kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane
mumpung jembar kalangane
yo surak'o, surak iyo

                                                      Bait pertama :
Lir ilir, lir ilir tandure wus sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar, pada lirik tersebut menggambarkan sebuah tanaman padi yang baru ditanam dan mulai menghijau dan subur, padi yang masih muda itu disamakan dengan pengantin baru, atau dapat diartikan usia yang masih muda, yang penuh dengan harapan kedepannya.

Bait kedua :
       Bocah angon, bocah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodot iro.
yang artinya, bocah angon (anak gembala), pada jaman dahulu, anak gembala di identikkan sebagai anak yang masih polos, atau dalam hal ini, anak gembala bisa diartikan sebagai pemimpin. Penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro (panjatkan pohon belimbing, meski sangat licin, ambillah buahnya karena itu yang dapat membersihkan pakaianmu).
Buah belimbing yang rata-rata memiliki lima sudut, melambangkan rukun Islam sekaligus Pancasila.
Meski licin, walaupun sangat sulit, tapi harus kita perjuangkan, karena itu yang dapat membersihkan jiwa kita.

Bait ketiga :
      Dodot iro, dodot iro kumintir bedah ing pinggir, dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.
(pakaianmu berkibar-kibar tertiup angin, dan sobek pada pinggirnya, jahitlah, dan rapikan, untuk menghadap nanti sore).
Pakaian disini, diartikan sebagai sikap moral kita, jika moral kita rusak karena terpaan jaman, maka segera perbaiki, untuk bekal kita menghadap nanti sore.
Sebo, adalah istilah yang digunakan oleh orang jawa untuk sowan kepada pembesar, raja, dan oran yang dihormati. dan sore, berarti usia senja, jadi pada lagu ini, berarti kita bersiap untuk menghadap Allah SWT.

Baris terakhir :
     Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane, (selagi masih ada cahaya terang, jangan tunggu kegelapan tiba, selagi ada jalan yang lebar, jangan tunggu hingga jalan menyempit)
     Yo surak'o surak iyo, (dan berteriaklah "iya" kita bisa melewatinya)

Sumber : pagelaran wayang TVRI


0 comments:

Post a Comment